Taare Zameen Par
Sinopsis film
Ishaan seorang anak berumur sekitar 8 atau
9 tahun mengalami ketertinggalan dalam belajarnya, tapi tidak ada yang
menyadari kelemahan yang dialami ishaan, baik itu dari pihak keluarga, guru
bahkan teman – temannya. Dia lebih menyukai sesuatu yang bergerak yang nyata,
dan menarik menurutnya. Dia hanya di kenal sebagai idiot, dan pembuat
kegaduhan, bahkan dia pernah gagal tidak naik kelas.
Suatu hari sang guru menyuruh ishaan
membaca namun ishaan tidak bisa dan memberitahu sang guru bahwa tulisan itu
menari – nari, sehingga ishaan membacanya dengan tidak benar sama sekali, sang
guru yang tidak memahami kekurangan ishaan pun marah dan menyuruh ishaan keluar
dari kelas. Saat itu pun ishaan merasa belum mengerjakan pr matematikanya,
akhirnya dia memutuskan bolos dan pergi kejalanan.Saat sang aayah mengetahui
surat izin ishaan yang dituliskan oleh yohan,
ayah marah dan akhirnya memutuskan untuk mengirimkan ishaan ke asrama.
Di asrama ishaan merasa dibuang oleh
ayahnya karena kenakalannya, dan dia pun tetap mendapatkan system pengajaran
yang sama seperti saat di sekolahnya dulu. Suatu saat dia mengalami kegalauan
yang amat sangat, disaat itulah datang
seorang guru seni pengganti guru seni sebelumnya, yang mengerti akan keadaan
ishaan sebenarnya, yakni mengalami
kesulitan dalam membaca dan menulis atau yang biasa disebut dyselexia, sehingga
dia berusaha membangkitkan kembali semangat ishaan, karena disayangkan
imajinasi ishaan yang sangat bagus itu. Dengan menggunakan pendekatan –
pendekatan pembalajaran tertentu. Dengan usaha itu sang guru mampu membuat
ishaan bisa membaca, menulis dan mengembangkan kemampuannya dalam berimajinasi.
Analisis
Film
Dalam Film itu diceritakan anak yang
mengalami kesulitan belajar yakni Dyselexia. Disleksia (dyslexia) atau
ketidakcakapan membaca dan menulis, adalah jenis lain dari gangguan belajar.
Semua istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini
digunakan pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak bekecerdasan
normal yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah. Ishaan
mengalami kesulitan belajar dalam mengenal huruf,angka, dan mampu menerka jarak, ukuran dan massa, sehiingga dia
tidak pernah menangkap bola yang dilemparkan oleh kakanya, serta kurang mampu
memahami apa yang dikatakan orang lain karna ishaan tidak mampu mendiagnosis
huruf dengan suaranya,. ishan tidak bisa memakai tali sepatunya
sendiri, mengancing baju,karena dia mengalami gangguan pada system motoriknya, dalam menulis dia bingung menulis huruf yang
hampi mirip seperti “b” menjadi “d” atau “d” menjadi “b” dalam menulis SIR dia
menulis terbalik RIS, huruf “t” dan “h” bayangan cermin, diapun menggabungkan
kata – yang mirip “solid” menjadi “soiled”, kekurangan ishaan diatas Sesuai
dengan tanda – tanda anak mengalami Dyselexia, sebagai berikut :
·
Kesulitan mengasosiasikan (menghubungkan arti) suatu
huruf dengan bunyinya
·
Terbalik dengan huruf (dia jadi bia) atau kata (tik
jadi kit)
·
Kesulitan membaca kata tunggal
·
Kesulitan mengeja kata tunggal
·
Kesulitan mencatat huruf/kata dari papan tulis atau
buku
·
Kesulitan mengerti apa yang mereka dengar (auditory)
·
Kesulitan mengatur tugas, material, dan waktu
·
Kesulitan mengingat isi materi baru dan materi
sejenisnya
·
Kesulitan dengan tugas menulis
·
Kesulitan pada kemampuan motorik halus (misalnya
memegang alat tulis, mengancing baju)
·
Tidak terkoordinasi
·
Masalah perilaku dan/atau tidak suka membaca
Hal ini memang sangat menghambat
pembelajaran sang anak tapi ada metode khusus yang digunakan untuk mengatasi
Dyselexia tersebut.
Metode pembelajaran anak Dyselexia :
Visual
(penglihatan)
Anak belajar paling baik dengan cara
melihat informasi. Karena itu, cara mulai yang baik adalah dengan menuliskan
huruf – huruf dengan warna – warna yang berbeda. Selain itu, jika anak
kesulitan dengan bunyi, tunjukkan di mana bunyi itu dibuat di dalam mulut
secara umum. Menuliskan sedikit kata – kata dan diikuti oleh sang anak.
Auditori
(pendengaran)
Anak-anak auditori belajar paling baik
dengan cara mendengarkan apa yang diajarkan. Dalam metode ini Untuk anak yang kesulitan pada masalah bunyi,
ajarkan sepasang kata singkat dan mintalah anak untuk mengatakan kata mana yang
betul (tas/das). Juga, mintalah mereka menulis huruf, kata, atau kalimat
sementara Anda mengucapkannya, untuk melatih kemampuan menulis. Bantulah juga
dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan memasang kalender “verbal”
(diucapkan). Baca dengan keras kepada anak jadwal hariannya dan bantulah dia
mengatur tugas, jadwal, dll. Untuk membantu kemampuan membacanya dengan
menggunakan buku yang sudah ia pelajari huruf dan bunyi suaranya,mengulang
kembali apa yang sudah dipelajarinya
dengan mendengarkan sura dikaset yang sesuai dengan bacaannya.
Taktil
(perabaan)
Anak-anak ini belajar paling baik dengan
proses ‘menyentuh’, dengan menyentuh sang anak mampu mengetahui bentuk persis
dari apa yang dia sentuh seingga sangat membantu pada perkembangan pembelajaran
anak. Dalam kesulitan memahami huruf contohny pengajaran metode ini adalah
menuliskan huruf dalam pasir sehingga anak merasakan bentuk huruf itu bagaimana
dan pengucapannya bagaimana, serta membuat huruf – huruf dari tanah liat atau
benda yang lentur dan mudah dibentuk, setelah itu tes hasil pembelajaran.
Selain tiga metode diatas adapula cara
lain seperti dalam mengajarkan penjumlahan atau pengurangan, langung
dipraktikan dengan menghitung tangga, jika naik ditambah dan turun dikurangi.
Hal ini membantu daya ingat anak.
Penyebab Dyselexia
Dyslexia
timbul akibat kelainan pada saraf pusat yaitu pada otak tepatnya pada hubungan
antar daerah yang mengatur penglihatan dan bahasa yaitu daerah broca dan
wernicke. Penyebab secara umum bisa jadi dari genetika, namun penyebab
lain yang tidak umum adalah cedera pada kepala atau trauma. Beberapa anak
dyslexia ternyata memproses informasi menggunakan area yang berbeda pada otak
dibanding anak-anak tanpa kesulitan belajar. Walaupun begitu, ini bukan
merupakan karakteristik pada semua anak dyslexia. Beberapa type dyslexia bisa
menunjukkan perbaikan sejalan bertambahnya usia anak.
Tentunya
ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membaca, perlu diingat
keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan
menulis, akan tetapi tidak dalam perkembangan kemampuan standar yang lain
seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera
perasa. Dyslexia mempengaruhi 15-20% dari populasi, dan terjadi pada laki-laki
dua kali lebih banyak dari pada perempuan.